Mengapa Selalu Aku yang Harus Berubah?

 ...aku lelah. Lelah menjadi tempat pelampiasan. Lelah menjadi pihak yang selalu disuruh memahami, disuruh mengalah, disuruh mengubah diri, seolah hanya aku yang salah dalam setiap cerita.

Padahal aku pun punya hati. Aku juga manusia, yang bisa terluka, bisa kecewa, dan bisa merasa cukup. Aku sudah terlalu sering diam dan memaafkan, bukan karena aku lemah… tapi karena aku berharap mereka bisa melihat ketulusanku. Tapi ternyata, diamku dianggap tak punya suara. Maafku dianggap tidak punya harga.

Setiap kali aku mencoba berbicara, mereka bilang aku terlalu sensitif. Setiap kali aku jujur, mereka bilang aku cari perhatian. Tapi saat mereka yang marah, dunia seolah mengerti. Saat mereka menyakiti, semua diam membisu. Lalu di mana keadilan untuk perasaanku?

Aku tidak ingin terus-menerus menjadi korban, menjadi nama yang mudah dicemooh, menjadi luka yang dianggap biasa. Aku pun ingin dimengerti, didengarkan, dihargai — seperti mereka menuntut untuk diperlakukan. Tapi aku sadar, mungkin tak semua orang bisa sebaik yang kuharapkan, dan tak semua luka bisa disembuhkan oleh orang yang sama yang melukai.

Maka untuk sekarang… mungkin aku tidak perlu menunggu permintaan maaf, tidak perlu berharap mereka berubah. Yang perlu aku lakukan hanyalah menjadi cukup kuat untuk berjalan, walau sendiri. Bukan karena aku tidak butuh mereka, tapi karena aku mulai mencintai diriku sendiri — lebih dari sekadar keinginan untuk diterima oleh orang-orang yang tidak pernah benar-benar peduli.

Dan jika nanti aku tampak dingin, diam, atau jauh… itu bukan karena aku pendendam. Tapi karena aku sedang belajar menjaga diriku, dari luka yang sama, dari orang yang sama, dengan cara yang baru — mencintai diriku… tanpa harus terus-menerus memaklumi luka dari mereka.

Kata-kata ini di tulis agar kalian memahami setiap mental orang lain, mungkin orang lain setiap kali merasakan sakit mereka bisa bercerita berbeda dengan aku yang hanya bisa mengungkapkan isi hati dengan membuat suatu cerita, jangan pernah samakan orang lain untuk bisa sama seperti dirimu hargai setiap orang-orang janagn pernah menganggap sepele mental orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tambang Menyebut Namaku, Hukum Menjawabnya

Jikalau

Hidupku Bukan Naskah yang Kalian Tulis