Hidupku Bukan Naskah yang Kalian Tulis
…ini hidupku.
Tolong, bebaskan aku.
Jika aku nyaman seperti itu, biarkan aku seperti itu.
Bukan karena aku tak mau mendengar nasihat,
tapi karena aku ingin belajar dari langkahku sendiri.
Aku ingin jatuh, bangkit, lalu jatuh lagi—dengan luka yang aku pahami, bukan luka yang orang lain tentukan untukku.
Sebab aku percaya… kebebasan bukan tentang melawan semua aturan,
tapi tentang bisa memilih arah tanpa merasa terus-menerus dikendalikan.
Aku lelah menjadi boneka dari harapan orang lain.
Lelah dipaksa kuat saat aku ingin lemah,
dipaksa tersenyum saat aku ingin diam.
Mengapa dunia selalu menyalahkanku ketika aku memilih jalanku sendiri?
Padahal mereka tak pernah benar-benar tahu apa yang kurasakan.
Mereka hanya melihat dari jauh, menilai dari luar,
lalu mencap semua pilihan yang kulakukan sebagai kesalahan.
Tapi aku tahu…
Tuhan pun memberiku hati dan pikiran agar aku bisa memilah,
agar aku bisa menentukan hidup seperti apa yang ingin kujalani.
Bukan untuk menjadi salinan orang lain,
bukan untuk menjadi sempurna di mata semua orang—
tapi untuk menjadi aku, seutuhnya.
Dan jika menjadi aku berarti berbeda,
jika menjadi aku berarti tenang dalam jalan yang tak semua orang pahami,
maka biarkan aku tetap di jalan itu.
Jalan yang mungkin sepi, tapi jujur.
Jalan yang mungkin tak ramai pujian,
tapi membuatku berdamai dengan diriku sendiri.
Aku hanya ingin hidup sebagai diriku.
Tanpa topeng, tanpa tali, tanpa skenario yang ditulis orang lain.
Karena pada akhirnya, luka yang kurasa, air mata yang jatuh,
dan kebahagiaan yang kuraih—semua akan kembali padaku, bukan mereka.
Jadi… tolong jangan tarik aku kembali.
Biar aku hidup, bukan hanya bernapas.
Biar aku menjadi bebas, bukan hanya patuh.
Dan biar aku bahagia—meski caranya tak seperti yang mereka mau.
Komentar
Posting Komentar