Tambang Menyebut Namaku, Hukum Menjawabnya
Hai, aku Frizka Indaka.
Seorang mahasiswi hukum semester 6, yang dulu sempat merasa salah jurusan.
Aku masih ingat jelas, betapa besarnya keinginanku masuk dunia teknik—terutama teknik pertambangan. Rasanya seperti ada bagian dari bumi yang memanggilku, menantangku untuk turun ke dalam perutnya, membaca kisah-kisahnya yang terkubur dalam batu dan waktu.
Tapi langkahku justru membawaku ke ruang-ruang perkuliahan hukum.
Awalnya aku bingung. Kenapa harus hukum? Kenapa bukan helm proyek, boots lapangan, dan alat ukur geoteknik?
Namun seiring waktu, aku sadar.
Tuhan tidak pernah salah mengarahkan langkah. Di balik keraguan itu, aku menemukan sisi lain dari dunia pertambangan—sisi yang tak kalah penting: hukum pertambangan, hak masyarakat sekitar tambang, konflik agraria, perlindungan pekerja tambang, dan isu lingkungan.
Aku mulai melihat keterhubungan.
Bahwa tambang bukan hanya soal alat berat dan batu bara. Tapi juga soal izin, keadilan, regulasi, dan manusia.
Dan kalau aku tidak masuk hukum, aku tidak akan pernah tahu bahwa dunia tambang juga butuh suara perempuan dari sisi hukum—yang paham aturan, tapi juga punya hati.
Aku tidak akan bertemu dengan orang-orang luar biasa yang memberiku semangat, dan berkata,
"Frizka, kamu akan menjadi seseorang yang amat membanggakan."
Kalimat itu terus menempel di hatiku. Menjadi pengingat bahwa aku memang sedang menuju sesuatu—sesuatu yang lebih besar daripada sekadar gelar sarjana.
Aku tahu, di sana, di tambang yang jauh dari kota dan hiruk-pikuk dunia, sudah menungguku sebuah tantangan. Dunia yang keras, dingin, dan katanya "tidak cocok untuk perempuan." Tapi justru di sanalah aku akan membuktikan.
Aku akan datang bukan hanya sebagai mahasiswi hukum—tapi sebagai seorang perempuan yang paham akan hak, tanggung jawab, dan mimpi yang tak bisa dibatasi oleh stereotip.
Aku percaya, tambang itu akan menjadi saksi.
Saksi bahwa kata-kata seperti "perempuan tak bisa jauh dari keluarga" atau "perempuan lemah, tak sanggup kerja berat" akan hancur, seperti batu yang pecah saat terkena palu uji geoteknik.
Karena aku bukan perempuan biasa.
Aku adalah Frizka Indaka.
Dan tambang… tunggulah aku.
Aku akan datang, dan dunia akan tahu bahwa mimpi yang sempat melenceng, ternyata hanya sedang mencari jalan paling indah untuk menjadi nyata.
semangat seng
BalasHapusmakasi cici
Hapus