Surat dari Jauh Untuk Ayah

 Haii Ayah,

Apa kabarmu di sana? Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu. Dunia ini semakin sibuk, dan waktu terus berlari tanpa menunggu siapa pun. Tapi rindu... rindu selalu diam di tempat. Ia tetap tinggal, setiap kali aku menyebut namamu dalam hati.

Sebentar lagi, gadis kecilmu ini akan berusia 21 tahun. Sudah dewasa, ya, Yah? Tapi entah kenapa, dalam hati ini aku masih sering merasa seperti anak kecil yang menunggumu pulang di depan pintu, membawa oleh-oleh dan senyuman hangat.

Tak apa, Ayah.
Meskipun jarak membentang jauh antara kita, aku tetap menjadi gadis periang seperti dulu. Aku belajar tertawa, meski tidak ada tanganmu untuk menepuk bahuku. Aku belajar kuat, meski tidak ada suara beratmu yang menenangkan kegelisahanku.

Ayah, jangan bersedih di tempatmu sekarang.
Gadis kecilmu ini baik-baik saja. Aku dikelilingi orang-orang baik, yang membuat hari-hariku tetap terasa hangat, meski tak sehangat pelukanmu. Aku belajar mandiri, belajar bertumbuh, belajar meredam tangis saat malam datang dan rinduku padamu mengetuk pelan.

Kadang aku berharap bisa pulang. Duduk di sampingmu, mendengar cerita-cerita lamamu yang selalu menginspirasi. Tapi untuk sekarang, aku hanya bisa mengirimkan kabar lewat doa, lewat angin malam, lewat kata-kata yang kutulis dalam hati.

Aku tahu, meski kita berjauhan, hatimu masih bersamaku.
Dan aku pun begitu, Yah. Setiap langkah yang aku ambil, selalu membawa namamu.
Setiap pencapaian kecil yang kuraih, selalu kutujukan padamu.

Jadi tenang saja, Yah.
Kalau kakimu belum kuat melangkah, aku akan berjalan lebih pelan.
Kalau tubuhmu letih, biar aku yang memelukmu dengan segala yang kupunya.
Kalau doaku bisa menjadi obat, maka aku akan berdoa siang malam tanpa henti.

Karena bagiku, Ayah bukan hanya bagian dari masa lalu.
Ayah adalah alas pijakku sekarang, dan langit yang ingin kutemui esok hari.

Tetaplah berjuang, Ayah.
Gadis kecilmu ini tak akan pergi ke mana-mana.
Aku akan tetap di sini, menunggumu bangkit, agar nanti... kita bisa berjalan beriringan lagi.
Menuju senja yang tak lagi murung.

Untuk sekarang, cukup kau tahu satu hal:
Aku rindu, dan aku mencintaimu, tanpa syarat, tanpa jeda.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka untuk Aparat Negara

Tambang Menyebut Namaku, Hukum Menjawabnya

Jeritan Rakyat di Negeri yang Kaya Raya