Mengapa Selalu Aku yang Harus Berubah?
...aku lelah. Lelah menjadi tempat pelampiasan. Lelah menjadi pihak yang selalu disuruh memahami, disuruh mengalah, disuruh mengubah diri, seolah hanya aku yang salah dalam setiap cerita. Padahal aku pun punya hati. Aku juga manusia, yang bisa terluka, bisa kecewa, dan bisa merasa cukup. Aku sudah terlalu sering diam dan memaafkan, bukan karena aku lemah… tapi karena aku berharap mereka bisa melihat ketulusanku. Tapi ternyata, diamku dianggap tak punya suara. Maafku dianggap tidak punya harga. Setiap kali aku mencoba berbicara, mereka bilang aku terlalu sensitif. Setiap kali aku jujur, mereka bilang aku cari perhatian. Tapi saat mereka yang marah, dunia seolah mengerti. Saat mereka menyakiti, semua diam membisu. Lalu di mana keadilan untuk perasaanku? Aku tidak ingin terus-menerus menjadi korban, menjadi nama yang mudah dicemooh, menjadi luka yang dianggap biasa. Aku pun ingin dimengerti, didengarkan, dihargai — seperti mereka menuntut untuk diperlakukan. Tapi aku sadar, mungki...